Jumat, 13 April 2012

aliran Filsafat Pendidikan

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME

BAB I
RINGKASAN MATERI
Essensialisme suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progreif di sekolah-sekolah. Essensialisme, berpendapat bahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yang harus diberikan di sekolah-sekolah dalam suatu cara yang sistematik dan berdisiplin. Essensialisme menekankan pada apa yang mendukung pengetahuan dan keterampilan yang diyakini penting yang harus diketahui oleh para anggota masyarakat yang produktif.
Essensialisme, sepertihalnya perenialisme dan progresivisme bukan merupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan suatu bangunan filsafat, malainkan suatu gerakan dalam pendidikan yang memprotes terhadap pendidikan progresivisme. Essensialisme mengadakan protes tersebut tidak menolak atau menentang secara keseluruhan pandangan progresivisme seperti halnya yang dilakukan perenislisme.
Dua aliran filsafat –idealisme dan realisme – yang membentuk corak essensialisme sebagai pendukung essensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ONTOLOGI
Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsepsi bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata cara tersebut.
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk kebahagiaan dunia dan akherat. Isi pengetahuannya mencakup, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Dan dalam perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola idealisme, realisme dan sebagainya.
Uraian mengenai penjabaran menurut realisme dan esensialisme ialah:
  1. Realisme mendukung essensialisme yang disebut realisme objektif karena memiliki pandangan yang sitematis mengenai alam serta tempat manusia didalamnya.
  2. Idealisme objektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih optimis dibandingkan dengan realisme objektif. Maksudnya adalah bahwa pandangan-pandangannya bersifat menyeluruh yang boleh dikatakan meliputi segala sesuatu. Dengan landasan pikiran bahwa totalitas dalam alam semesta ini pada hakekatnya adalah jiwa atau spirit, idealisme menetapkan suatu pendirian bahwa segala sesuatu yang ada ini adalah nyata.
Ciri lain mengenai penafsiran idealisme tentang sistem dunia tersimpul dalam pengertian-pengertian makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos menunjukkan kepada keseluruhan alam semesta dalam arti susunan dan kesatuan kosmis. Mikrokosmos menunjukkan kepada fakta tunggal pada tingkat manusia. Manusia sebagai individu, jasmani dan rohani adalah mahkluk yang semua tata cara kesatuannya merupakan bagian yang tiada terpisahkan dari alam semesta. Pengertian tentang makrokosmos dan mikrokosmios ini merupakan dasar pengertian mengenai hubungan antara Tuhan dan manusia.
B. EPISTIMOLOGI
Pada kacamata realisme masalah pengetahuan ini, manusia adalah sasaran pandangan dengan penelaan bahwa manusia perlu dipandang sebagai mahluk yang padanya berlaku hukum-hukum yang mekanistik evolusionistis. Sedangkan menurut idealisme, pandangan mengenai pengetahuan ini bersendikan pada pengertian bahwa manusia adalah mahluk yang adanya merupakan refleksi dari Tuhan dan yang timbul dari hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos.
1. Kontraversi Jasmaniah Rohaniah
2. Pendekatan Idealisme pada Pengetahuan
a. Kita hanya mengerti rohani kita sendiri, tetapi pengertian ini memberi kesadaran untuk mengerti realita yang lain.
b. Menurut T. H Green, approach personalisme itu hanya melalui introspeksi. Padahal manusia tidak mungkin mengetahui sesuatu hanya dengan kesadaran jiwa tanpa adanya pengamatan. Oleh sebab itu pengalaman mental pasti melalui refleksi antara macam-macam pengalaman.
c. Dalam filsafat religious yang modern, ada teori yang mengatakan bahwa apa yang dimengerti tentang sesuatu ialah karena resonansi dengan Tuhan.
3. Pendekatan Realisme pada Pengetahuan, Ada beberapa pendekatan realisme pada pengetahuan, yakni;
a. Menurut Teori Asosiasinisme
Pikiran atau ide-ide (teori ini dipengaruhi oleh filsafat empirisme John Locke) serta isi jiwa terbentuk dari asosiasi unsur-unsur yang berupa kesan-kesan yang berasal dari pengamatan. Kesan-kesan tersebut juga disebut tanggapan yang dapat diumpamakan sebagai atom-atom dari jiwa.
b. Menurut Teori Behaviorisme
Behaviorisme beranggapan bahwa tingkah laku sebagai istilah dasar yang menunjuk pada hidup mental, sebab manusia sebagai suatu organisme adalah totalitas mekanisme biologis. Dengan demikian untuk mengetahui atau memahami sikap hidup mental seseorang maka kita harus memahami organisme.
c. Menurut Teori Koneksionisme
Koneksionisme mempunyai konsep-konsep yang bersifat meningkatkan pandangan dari behaviorisme, karena dikatakan bahwa manusia dalam hidupnya selalu membentuk tata jawaban (pattern of respons) dengan jalan memperkuat atau memperlemah hubungan antara (conecctions between) stimulus dan respons. Sehingga terjadi gabungan-gabungan hubungan stimulus dan respon yang akhirnya menunjukkan kualitas tinggi-rendah atau kuat-lemah.
4. Tipe Epistemologi Realisme
Ada dua tipe epistemologi realisme, yaitu;
a. Neorealisme
Neorealisme secara psikologis lebih erat dengan behaviorisme. Baginya pengetahuan diterima ditangkap langsung oleh pikiran dunia realita. Oleh karena itu neorasionslisme menafsirkan badan sebagai respon khusus yang berasal dari luar dengan sedikit atau tanpa adanya proses intelek.
b. Critical Realisme
Aliran ini menyatakan bahwa media antara intelek dengan realitas adalah seberkas penginderaan dan pengamatan.
C. AXIOLOGI
Pandangan Aksiologi sangat dipegaruhi oleh ontologi dan epistemologi. Terhadap aliran ini nilai-nilai tergantung pada pandangan idealisme dan realisme sebab sebagaimana yang telah kita ketahui di atas bahwa esensialisme terbertuk dari kedua aliran tersebut.
1. Teori Nilai Menurut Idealisme
Menurut idealisme bahwa sikap, tingkah laku dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk. Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik jika banyak interaktif berada didalam dan melaksanakan hukum-hukum itu.
2. Teori Nilai Menurut Realisme
Menurut realisme, kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual, melainkan tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya bisa dihayatioleh subjek tertentu dan selanjutnya akan tergantung pula dari sikap subjek tersebut. Teori lain yang muncul dari realisme disebut determinismetis. Dikatakan bahwa semua yang ada dalam alam ini, termasuk manusia, mempunyai hubungan hingga merupakan rantai sebab akibat.
Pandangan mengenai pendidikan yang diutarakan disini bersifat umum, simplikatif dan selektif dengan maksud agar semata-mata dapat memberikan gambaran mengenai bagian-bagian utama dari esensialisme. Di samping itu karena tidak setiap filsuf midealis atau realis mempunyai paham esensialistis yang sistematis, maka uraian ini bersifat eklektis.
Essensialisme timbul karena adanya tantangan mengenai perlunya usaha emansipasi diri sendiri. usaha ini diisi dengan pandangan-pandangan yang bersifat menanggapi hidup yang mengarah pada kedunian, ilmiah dan teknologi. Oleh karena terasaskan adanya saingan dari progresivisme, maka pada sekitar tahun 1930 timbul organisasi yang bernama Essentialist Committee for the Advancement of Education. Dengan timbulnya komite ini pandangan-pandangan esensialisme mulai diketengahkan dalam dunia pendidikan.
Dalam idealisme yang dititikberatkan ada pada aku. Sehingga bila seseorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju makrokosmos. Hal ini berlandaskan pada pandangan Imanuel Khant (1724-1804), yang mengatakan bahwa, segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia melalui indera memerlukan unsur apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu. Dengan mengambil landasan pikir tesebut belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri.
Pandangan realisme mengenai belajar, tercermin antara lain pada pandangan ahli-ahli psikologi, seperti; Edward L, Thorndike pendukung aliran koneksionisme.
Dengan demikian pandangan-pandangan realisme mengenai pendidikan mencerminkan dua jenis determinasi mutlak dan determinasi terbatas;
1. Determinisme Mutlak, menunjukkan bahwa belajar adalah mengenal hal-hal yang tidak dapat dihalang-halangi adanya, jadi harus ada yang bersama-sama membentuk dunia ini.
2. Determinisme Terbatas, memberikan gambaran kurangnya sifat pasif mengenai belajar. Bahwa meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kuantitatif didunia ini tidak berarti dimungkinkan adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akan pengawasan diperlukan.
BAB III
KESIMPULAN
Essensialisme suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progreif di sekolah-sekolah. Essensialisme, berpendapat bahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yang harus diberikan di sekolah-sekolah dalam suatu cara yang sistematik dan berdisiplin. Essensialisme menekankan pada apa yang mendukung pengetahuan dan keterampilan yang diyakini penting yang harus diketahui oleh para anggota masyarakat yang produktif. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk kebahagiaan dunia dan akherat. Isi pengetahuannya mencakup, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Dan dalam perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola idealisme, realisme dan sebagainya.
Pada kacamata realisme masalah pengetahuan ini, manusia adalah sasaran pandangan dengan penelaan bahwa manusia perlu dipandang sebagai mahluk yang padanya berlaku hukum-hukum yang mekanistik evolusionistis. Sedangkan menurut idealisme, pandangan mengenai pengetahuan ini bersendikan pada pengertian bahwa manusia adalah mahluk yang adanya merupakan refleksi dari Tuhan dan yang timbul dari hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos. Pandangan Aksiologi sangat dipegaruhi oleh ontologi dan epistemologi. Terhadap aliran ini nilai-nilai tergantung pada pandangan idealisme dan realisme sebab sebagaimana yang telah kita ketahui di atas bahwa esensialisme terbertuk dari kedua aliran tersebut.
DAFTAR BACAAN
Bakry, Hasbullah, Sitematik Filsafat (Widjaya, Yogyakarta, 1970).
Idris, H. Sahara dan Jamal, H Lisman, Pengantar Pendidikan (Grasindo, 1992)
Sumitro, Dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, IKIP Yogyakarta
Murtiningsih, Siti, Pendidikan Alat Perlawanan, Resist Book, 2004
Sadullah, Uyah. Drs, Pengantar Filsafat Pendidikan (Alfabet, Yogyakarta 2004)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar